Saturday, November 2, 2013

Kinerja Perusahaan Bakrie Semakin Meredup





Merdeka.com - Tiga perusahaan Grup Bakrie, merilis kinerja kuartal III 2013. Ketiga emiten tersebut antara lain PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR), PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG). Dari ketiga perusahaan, hanya Energi Mega Persada yang mencetak untung.

Berdasarkan laporan keuangan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Energi Mega Persada berhasil mencatat kenaikan laba 1,33 persen menjadi USD 202,91 juta. Lonjakan laba ini berasal dari hasil penjualan 10 persen saham di Blok Masela PSC ke Shell. Padahal, penjualan perusahaan hanya naik 32,76 persen menjadi USD 576,96 juta.

Kepala Riset E-Trading Securities, Betrand Reynaldi mengatakan, kinerja semua Grup Bakrie mempunyai risiko besar. Salah satunya berasal dari faktor utang. Secara keseluruhan anak usaha GrupBakrie kesulitan membayar utangnya.

"Itu perusahaan (ENRG) laba naiknya karena jual saham kan. Coba liat anak usaha lainnya juga alami kerugian. Kalau anak usaha Bakrie untung itu karena selama ini jual beli perusahaan bukan riil fokus bisnisnya, itu hampir semuanya. Itu bisa dilihat dari track recordnya ," ujarnya saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Jumat (1/11).

Bumi Resources dan Bakrie and Brothers tak seberuntung Energi Mega Persada. Dua perusahaan ini mengalami kerugian cukup signifikan. Tercatat, rugi bersih Bumi Resources di kuartal III 2013 mencapai USD 413,56 juta dari periode sama tahun lalu yang hanya USD 655,42 juta. Kerugian Bumi Resources memang mengalami penurunan 36,9 persen lantaran perusahaan berhasil menekan beban lain-lain sebesar 26,13 persen menjadi USD 671,54 juta dari periode sama tahun lalu USD 909,06 juta.

Bakrie and Brothers mencatat kerugian mencapai Rp 750,79 miliar di kuartal III 2013 dari laba sebelumnya sebesar USD 252,27 miliar. Akibatnya, pendapatan perusahaan anjlok hingga 78,84 persen menjadi hanya Rp 2,93 triliun dari sebelumnya Rp 13,85 triliun. Penurunan laba ini disebabkan perusahaan mengalami rugi kurs sebesar Rp 823,82 miliar di kuartal III 2013 dari periode sama tahun lalu Rp 151,01 miliar atau naik mencapai 81,6 persen.

Berangkat dari kinerja tiga perusahaan Grup Bakrie ini, Betrand melihat ada beberapa faktor utama yang membuat kinerja perusahaan Bakrie melempem. Salah satunya dari penurunan harga komoditas sehingga menyebabkan kenaikan biaya baik dari sisi tenaga kerja, operasional. Belum lagi, hampir semua anak perusahaan Bakrie mempunyai suku bunga yang tinggi, faktor ini salah satunya menyebabkan tidak tuntasnya utang perusahaan.

"Mereka selalu menambah utang dengan jual aset, itu tidak menjadi perusahaan kuat, yang ada utang tambah karena suku bunganya hingga 21 persen. Maka yang harus ditelusuri itu bagaimana good governance nya, itu tidak ada perbaikan dari dulu sampai sekarang," ungkap dia.

Dia menilai perusahaan Grup Bakrie bisa saja menjadi perusahaan yang kuat asalkan ada perbaikan pengelolaan yang lebih dalam. Dia mencontohkan, Bakrie Telcom dan VIVA.

"Esia (Bakrie Telcom) itu ke depannya bagus karena kompetisinya gampang dibandingkan perusahaan telekomunikasi lainnya sedangkan VIVA itu juga bagus, perusahaan media banyak demand-nya," jelasnya.

Kemungkinan jika benar good governance Grup Bakrie ini buruk maka para investor dimungkinkan enggan menanamkan modalnya ke perusahaan. Dia mencontohkan, dibandingkan perusahaan Astra dan Bakrie yang sama-sama memiliki perusahaan CPO tapi selama ini para investor hanya lebih mempercayai Astra.

"Mereka punya perusahaan CPO, Astra (AALI) dan Bakrie (UNSP) tapi percaya deh pasti investor ke Astra. Bakrie itu sudah jelek namanya dari dulu, lalu para investor larinya ke Astra karena memiliki good governance yang lebih bagus," tegas dia.

Untuk itu, bagaimana kinerja Grup Bakrie ke depannya dipastikan semakin meredup. "Ya sampai saat ini tidak ada perbaikan, pesimis akan cemerlang lah," tutupnya.

Sumber : http://www.merdeka.com/uang/kinerja-perusahaan-bakrie-semakin-meredup.html
Sabtu, 2 November 2013

Analisis : Kinerja perusahaan Bakrie semakin meredup bisa di akibatkan dari beberapa faktor. Salah satunya dari penurunan harga komoditas sehingga menyebabkan kenaikan biaya baik dari sisi tenaga kerja, operasional. Belum lagi, hampir semua anak perusahaan Bakrie mempunyai suku bunga yang tinggi, faktor ini salah satunya menyebabkan tidak tuntasnya utang perusahaan. 

No comments:

Post a Comment